SELAMATKAN MUSLIM
ROHINGNYA, SEGERA!
Permasalahan
yang menimpa Muslim Burma merupakan tragedy kemanusiaan yang mencederai
kemulian bulan Ramdhan. Dalam sebulan terakhir ini tercatat sebanyak 6000 umat
Islam Rohingnya dibantai oleh umat Budha atas restu militer dan pemerintah
Myanmar. Namum lagi –lagi lembaga dunia seperti PBB misalnya, selalu mandul
untuk menangani permasalahan yang menimpa umat Islam diwilayah manapun di dunia
ini, tanpa terkecuali. Termasuk diantaranya kasus pembersihan etnis muslim Rohingnya
yang sudah berlangsung selama sepuluh tahun lamanya.
Umat Islam
dibuat kembali terluka dengan adanya tragedy kemanusiaan diwilayah mayoritas
umat Budha itu. Tak hanya diIndonesia, solidaritas untuk Burma juga
didengungkan oleh saudara kita di Palestina dan Negara-negara Arab lainnya.
Bahkan Universitas Al-Azhar melalui Ikatan Ulam Al-Azhar dengan tegas meminta
kepada dunia, khususnya dunia Islam untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah
Burma. Karena telah melakukan tindakan semena-mena terhadap kaum muslimin yang
menjadi minoritas disana.
Burma
merupakan sebuah Negara mayoritas beragama Budha dengan jumlah penduduk 55 juta
jiwa. Jumlah penduduk Muslim tercatat sebanyak 4%. Umat Islam banyak menempati
Negara bagian Arakan, tepatnya di bagian utara. Penyebutan Burma berasal dari
nama etnis mayoritas yang menempati dua pertiga Negara tersebut, yang kemudian
diubah namanya menjadi Myanmar oleh Junta militer yang mayoritas berasal dari
etnis Burma pada tanggal 18 Juni 1989. Hal ini bertujuan agar etnis non-Burma
juga merasa nyaman berada dibawah pemerintah militer yang kekuasaannya didapati
melalui jalan kudeta.
Sejarah Masuknya Islam Di Myanmar
Para
sejarawan mencatat bahwa masuknya Islam ke Negara bagian Arakan, Myanmar
terhitung sejak masa Dinasti Abbsiyah, di periode Khilafah Harun Ar-Rasyid pada
abad ke-7 masehi. Islam dating melalui para pedagang Arab sembari berdakwah,
sampai pada puncaknya berdirilah kerajaan Islam yang Berjaya selama 3,5 abad
lamanya(1430-1784). Sehingga wajar apabila kini terdapat sisa-sisa peninggalan
Islam seperi masjid kuno, sekolah-sekolah dan ornament-ornamen Islam.
Diantaranya yang terkenal adalah masjid Badar dan masjid Sandi Khan yang
dibangun sejak lima setengah abad silam.
Riwayat
lainnya menceritakan bahwa Islam masuk ke Arakan sejak abad pertama hijrah
melalui jalur perdagangan. Tepatnya dibawa oleh para pedagang Arab yang
diketuai oleh sahabat Nabi, Saad Bin Abi Waqash,r.a. pada masa itu bangsa Arab
dikenal dengan profesinya sebagai pedagang, mereka siap berlayar kedaerah
terjauh sekalipun. Suatu ketika diceritakan salah satu kapal mereka karam
diperairan teluk Bengal, yang kini letaknya di perbatasan Maritim Myanmar dan
Bangladesh. Mereka kemudian menyelamatkan diri di daratan terdekat, dan
sampailah mereka di Arakan. Kemudian para pedagang muslim ini menetap disana,
menikah dengan warga setempat dan mendakwahkan Islam. Muamalah mereka yang baik membuat warga tertarik untuk
memeluk Islam, hingga pada puncaknya pada tahun 1430 berdirilah Negara Islam di
Arakan dengan rajanya yang pertama, Sulaiman Shah. Kerjaan Islam di Arakan ini
kemudian bertahan selama 3,5 Abad sampai tahun 1784 M.
Kerajaan
Islam Arakan dekenal sebagai kerajaan yang kaya akan budaya Islam, salah satu
peninggalannya adalah mata uang mereka yang bertuliskan kalimat Laa Ilaaha
illallah. Sebanyak 48 raja silih berganti memimpin kerajaan Islam Arakan, yang
berakhir setalah takluk di tangan kerajaan Budha Burma pada tahun 1784. Sejak
saat itu umat Islam di Arakan mulai ditindas. Lalu pada tahun 1824 Myanmar
secara keseluruhan termasuk Arakan jatuh dibawah kekuasaan kerajaan Inggris dan
penindasan terhadap umat Islam kian hari kian menjadi.
Pada tahun
1948 Burma kemudian mendapatkan kemerdekaan dari Inggis, dan muslim Arakan
mencoba Untuk memerdekakan diri pada saat itu, namun upaya mereka berakhir
gagal karena wilayahnya dimasukkan kedalam satu territorial dengan Negara
Burma.
Kenyamanan
Muslim Arakan mulai terusik sejak kerjaan Budha Burma denga rajanya Budhabai
berhasil menguasai Arakan pada tahun 1784. Ia kemudian memerintahkan
penghancuran identitas Islam, seperti masjid dan sekolah-sekolah Islam. Mereka
juga membunuhi para ulama dan para Da’i. doktrin kebencian ini terus mereka
wariskan terutama kepada para rahib-rahib Budha. Setelah mereka menduduki Arakan
selama 40 tahun, baru kemudian pada tahun 1824 Inggris dating dan melakukan
penjajahan. Arakan dan Burma kemudian oleh Inggris disatukan menjadi satu
pemerintahan dengan wilayah jajahan mereka do India. Hingga pada tahun 1937,
Inggris kemudian memisahkan Arakan dan Burma dari wilayah india.
Penindasan Tehadap Muslim Rohingnya
Tragedi
berdarah pertama terjadi menimpa muslim Rohingnya di Arakan pada tahun 1942,
Umat Budha menyerang mereka yang menyebabkan syahidnya lebih dari 100.000
muslim, kebanyakan dari mereka adalah perempuan, orang-orang tua dan anak-anak.
Sedangkan sebanyak 500.000 muslim lainnya terpaksa harus menjadi pengungsi di
Negara-negara tetangga. Muslim Rohingnya juga mendapatkan perlakuan
diskriminasi, seperti ketika diadakannya konferensi awal kemerdekaan di kota
Bengluweng untuk membahas masa depan Burma, seluruh kelompok, golomgan dan
etnis dipanggil untuk ikut serta dalam acara itu, kecuali muslim Rohingnya,
mereka sengaja tidak diundang agar masa depan mereka tidak memiliki kejelasan
di Negara itu.
Pada tahun
1948 penjajah Inggris kemudian memberikan pilihan kepada setiap etnis di
Myanmar untuk merdeka, dan itu ditentukan setelah 10 tahun. Namun yang
dilakukan oleh Burma adalah proyek Burmaisasi kepada 250 etnis yang ada, proyek
ini cukup berhasil namun tidak bagi etnis Rohingnya yang mayoritas muslim di
Arakan. Mereka lebih memilih untuk merdeka ketimbang harus bergabung dengan
Burma. Sejak saat itulah kemudian penindasan dan pengucilan kembali menguat
terhadap umat Islam disana.
Sejak saat
itu pemerintahan Burma mengeluarkan putusan untuk menghukum muslim rohingnya.
Mereka berencana untuk menyingkirkan Islam diwilayah Burma , mereka menjarah,
mengusir, meracuni dan menghancurkan peninggalan sejarah Islam seperti masjid
dan sekolah-sekolah di Arakan.
Hengkangnya
Inggris tidak berarti penjajahan telah berakhir, karena muslim Rohingnya pada
hakekatnya masih saja terjajah. Terlebih pada tahun 1962 ketika junta militer
berhasil melakukan kudeta, kezaliman yang dilakukan terhadap umat Islam semakin
menjadi. Pemerintah yang berkuasa kemudian memecat muslim Rohingnya yang
berstatus sebagai tentara dan pegawai di pemerintahan. Pada tahun 1978 tragedi
berdarah kembali terjadi, sebanyak 300.000 muslim Burma mengungsi ke
Bangladesh, peristiwa yang sama juga terulang kembali pada tahun 1991-1992.
Umat Islam
di Arakan juga sengaja dikondisikan oleh pemerintah Burma agar menjadi
komunitas yang dihinakan. Mereka tidak diberikan hak-hak layaknya etnis yang
lain. Mereka dibiarkan bodoh, miskin, dan terus diteror setiap hari agar keluar
dari Negara Burma. Wajar apabila dijalan – jalan ditemukan seorang muslim yang
meninggal akibat luka – luka penyiksaan, kuping dan hidung mereka dipotong.
Mayat mereka digantung di pohon-pohon. Masjid dan rumah mereka dirobohkan dan
dilarang keras untuk dibangun kembali. Semua kekejian itu dilakukan oleh
orang-orang Budha Burma dengan dukungan pemerintah terhadap muslim Rohingnya
tanpa sama sekali mengenal belas kasihan.
0 comments:
Post a Comment