Pengenalan Diri dan
Melejitkan Potensi Diri
Oleh : Dedi
Hermawan, S.Psi
A.
Kita Adalah Orang Yang Luar Biasa
Saya teringat sebuah cerita dari seorang teman, sebut saja namanya Andi.
Suatu hari, ia dan teman-teman sekelasnya diberikan tugas oleh dosen dalam materi
public speaking. Seluruh mahasiswa harus menceritakan kisah kesuksesannya
didepan kelas disertai dengan membawa bukti atau fakta kesuksesan. Ketika tiba
waktunya, satu persatu temannya maju kedepan kelas. Ada berbagai macam kisah.
Rendi misalnya, bercerita “saya waktu SMA pernah meraih kesuksesan menjadi
juara perrtama dalam lomba cerdas cermat dan piala inilah (sambil mengangkat
pialanya) sebagai bukti bahwa saya pernah menjuarai lomba cerdas cermat
tersebut”. joko tidak mau kalah, ia maju kedepan kelas dan mulai menceritakan
kesuksesannya dengan membawa piagam penghargaan “saya pernah menjadi juara
lomba menyanyi”. Bermacam-macam kisah kesuksesan telah disampaikan oleh
mahasiswa, ada yang memiliki pengalaman menjadi Master of Ceremony (MC), ketua OSIS,
Pembicara, Penyiar radio, dan lainnya sambil membawa berbagai penghargaan.
Hal yang menarik adalah ketika tiba giliran teman saya, Andi, maju
kedepan kelas. Ia sempat merasa bingung, sejak diberi tugas hingga tiba hari
pengumpulan tugas. Apa yang harus diceritakan didepan kelas, batinnya berkata,
“Saya belum pernah meraih kejuaraan apapun, tapi mau tidak mau saya harus
mengerjakan tugas dosen untuk menceritakan kesuksesan, dan saya ingin
menyampaikan kisah kesusksesan yang berbeda dengan teman-teman. Akhirnya Andi
maju ke depan kelas dan mulai bercerita, “saya adalah orang yang sangat luar
biasa, saya pernah bertanding dengan 250 juta pesaing, diantara sekian banyak
saingan yang saya hadapi, sayalah yang menjadi pemenangnya”. Teman-teman
sekelas yang mendengarnya begitu kagum, mungkin ada yang sempat terfikir dalam
pikirannya, “Wahh…hebat… perlombaan apa ya, sampai bersaing dengan 250 juta
pesaing?”. Teman saya melanjutkan cerita kesuksesannya, “sebagai bukti bahwa
saya sang pemenang, saya membawa buktinya dan akan saya bacakan didepan
teman-teman pada kesempatan yang berharga ini … bahwa di Bandung=====pada
tanggal….delapanbelas maret…====seribu Sembilan ratus ..delapanpuluh
empat====telah lahir :====Andi Mahadika===== anak ketiga laki-laki dari suami istri….
. “ Teman-teman sekelasnya memberikan applause yang luar biasa, ternyata teman
saya membawa akte Kelahiran sebagai bukti kesuksesannya.
Mari kita berikan applause juga untuk Andi yang telah mengingatkan kepada
kita semua bahwa sebelum kita lahir kedunia ini, kita sudah menjadi orang yang
luar biasa, kita adalah sang pemenang. Awalnya kita berawal dari sperma yang
berjuang, berlomba, dan bertempur dengan sekitar 250 juta sperma yang lainnya
untuk bergerak menuju sel telur. Hanya satu sperma yang berhasil sampai finish
menuju sel telur dengan menempuh perjalanan yang berat dan ancaman yang
mematikan, kelak sperma itu akan menjadi pemenangnya, yang menjadi cikal bakal
lahirnya seorang bayi kedunia, dan bayi kita adalah diri kita sendiri. Jadi,
sebelum kita lahir ke dunia ini, kita adalah orang yang luar biasa, yang
menjadi pemenang dalam perlombaan menuju sel telur yang mengalahkan saingan
kita kurang lebih sebanyak 250 juta saingan.
B.
Kita Adalah Orang Yang Spesial…
Kita adalah mahakarya dari sang pencipta. “ Sungguh, kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Q.S At-tin :4). Selain
luar biasa, kita adalah orang yang sangat special. Coba perhatikan kakak dan
adik kita, walaupun sama-sama lahir dalam kandungan ibu yang sama, mendapatkan
pola asuh dan kasih sayang yang relative sama, tapi apakah perilaku, kelebihan
dan kekurangannya sama? Apakah hal-hal yang disukai dan tidak disukai sama?
Apakah kadar marahnya kakak dan adik kita sama? Saya yakin pasti berbeda,
karena pemaknaan pengetahuan yang didapatkan dan pengalaman setiap orang itu
berbeda. Oleh karena itu, kita adalah orang yang sangat special dan kita hanya
ada satu-satunya di dunia ini. Tidak ada satupun makhluk yang kehidupannya sama
persis dengan anda. Allah menciptakan kita benar-benar special.
Sesuatu yang special pasti berharga mahal. Contohnya mobil maybach 62
milik Theo Paphitis, seorang pengusaha terkenal asal Inggris, merupakan mobil
varian termewah dari perusahaan otomotiv asal Jerman. Mobil ini dibuat sangat
special, bukan menggunakan robot atau mesin 100% tapi melainkan 90% menggunakan
tangan manusia. Seluruh body mobil menggunakan plat berbahan emas murni. Tidak
hanya dibagian eksterior saja, melainkan juga setiap part didalam interior.
Harga mobil tersebut mencapai Rp 524 Miliar. Namun harga kita tentu super duper
mahal, dari segi fisik, bersediakah kedua mata kita dibeli Rp 15 milyar?
Bersediakah kepala kita ditukar dengan mobil termahal milik Theo Paphitis?
Bersediakah jantung kita ditukar dengan suatu jabatan tertinggi yang kita
inginkan? Sebagai manusia normal, pasti kita “tidak bersedia”. Hal ini
membuktikan bahwa diri kita memang special dan harganya tak terhingga.
Pemakaman diri kita sebagai orang yang luar biasa dan sebagai orang yang
sangat special adakalanya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Mengapa sampai saat ini kita lebih senang menjadi orang yang biasa saja dari
pada menjadi orang yang luar biasa? Mengapa sampai saat ini kita lebih senang
atau puas dengan pencapaian yang sudah didapatkan padahal mungkin kita bisa
mendaptkan yang lebih jika kita mengoptimalkan potensi yang dimiliki? Mengapa
sampai saat ini kita lebih senang berdiam diri dari pada mencoba hal-hal baru?
Ingatkah semangat juang kita yang tidak pernah menyerah ketika masih kecil,
saat belum bisa berjalan, kemudian belajar berjalan, jalan sedikit jatuh,
bangun lagi, jalan sedikit jatuh, bangkit kembali, karena semangat pantang
menyerah akhirnya kita bisa berjalan sampai sekarang. Walaupun saat latihan
berjalan, tidak sedikit kepala kita menjadi benjol karena terkena benda keras,
pantat kesakitan karena sering jatuh dan pengorbanan yang lainnya. Mengapa
sampai saat ini kita belum mengoptimalkan potensi-potensi yang kita miliki?
Mungkin tanpa sadar dalam pikiran kita sudah tertanam, bahwa kita ini ibarat
gajah yang dirantai atau seperti kutu loncat yang berada dalam kotak korek api
sehingga potensi yang kita miliki tidak optimal. Bahasan lebih lanjut mengenai
pengenalan diri dan melejitkan potensi diri, insya allah akan dibahas pada
edisi berikutnya. Wassalam.
0 comments:
Post a Comment